Posts

Showing posts with the label Cerita

Jendela Santri Part 3 | Cerpen Santri

Image
JENDELA SANTRI PART 3 . Kukira setoran hafalan pagi ini libur. Ustadz yang biasa menerima kami setoran, yakni Kang Faruq, pagi ini tidak ada di kamar. Kudengar dia pergi pada malam harinya, tapi tak ada satupun dari teman seangkatan yang mengetahui alasannya. Tentu saja hal ini disambut gembira, akhirnya bisa tidur habis subuh. Hafalanku juga masih grotal-gratul tak karuan Maunya sih begitu. Saat setelah salat subuh di masjid, aku berniat ingin memanjakan diri di atas kasur. Sekali-kali kan nggak apa-apa?! Baru sekejap mataku menutup dan mimpi baru memutar trailer, si anak celelekan, Raihan, menggoyang-goyangkan tubuh sambil bilang, "Woey, bangun, Han. Tidur mulu. Itu, lho, subuhan disik." - Kujawab dengan malas, "Mangsamu. Aku sudah subuhan daritadi. Ganggu aja." - Dia masih menggoyangkan tubuhku. Karena jengkel, kubangkit dari kasur dan mengusirnya, "Pergi kau." - Jangtungku memompa darah keras. Dadaku berdebar-debar. Meski kama...

Jendela Santri Part 2 | Cerpen Santri

Image
JENDELA SANTRI PART 2 - Raihan datang menghadap Kang Faruq dengan muka dongol. Sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan, karena hanya Kang Faruq yang bakal menerima curahan hati siapapun, secara orangnya memang asyik diajak ngobrol meski hanya banyak diam menyimak - "Kang, lagi luang, sih?" tanyanya lugu. Lawan bicaranya mengerutkan muka - "Wo, ora cetha. Sampeyan nggak lihat aku lagi sibuk nelpon, kata seniornya - "Alah, dari pacarnya mesti. Matiin aja, Kang, hapenya," goda Raihan - "Gundulmu!" kata Kang Faruq ketus sambil tangannya menutup microfon hapenya. Juniornya malah terlihat tertawa tertahan, merasa bahwa tebakannya benar - Selang beberapa waktu Kang Faruq mematikan hapenya. Lalu hape itu disodorkannya ke muka Raihan. "Nyoh," katanya Di layar itu tertulis nama kontak "Abah". Bukannya merasa berdosa anak itu cengengesan sambil menggaruk kepalanya - "Mana kopinya?" -...

Jendela Santri Part 1 | Cerpen Santri

Image
JENDELA SANTRI PART 1 - Sesiang ini ihsan menerawang bayangan sampai menembus awan putih di balkon blok. Jika dia ditanya sedang membayangkan apa, maka suara sendunya menjawab bahwa kampung halamannya membayanginya. Ihsan sungguh tak benar-benar bisa melepaskan bagaimana saat-saat dia telanjang menceburkan diri ke kali atau bermandi peluh menyepak bola plastik yang sudah bocor disana-sini. Lidahnya mulai kangen dengan masakan mamak yang takkan mampu digantikan oleh nasi warteg sekalipun. Dia sungguh galau. Maklum, ini pengalaman pertamanya mondok - Kang Faruq, senior blok tahfidz, mendekati anak baru itu sambil membawa al-Quran lusuh terbitan Kudus. Bukan untuk menyapa anak baru itu. Siang cerah dengan angin sepoi ini sangat nikmat untuk memurajaah hafalannya yang banyak. Mulailah dia membuka lembaran yang sebagian kertasnya mau lepas. Lidahnya begitu licin melafalkan ayat-ayat suci itu saking seringnya dibaca. Lirih, cepat, namun begitu enak didengar. Meski pesona senio...

Sepasang lanjut usia | Puisi | Muhafaz.com

Sepasang lanjut usia Oleh : M. Imam bayhaqi Duduk berdua mesra Menyeru bersapa ria Senda gurau mengiringinya Sejenak melupakan kepenatannya Senyum tawa berkali-kali terlahir Menghangatkan hubungan yang belum berakhir Senyum serambi masjid ikut terukir Atas sepasang manusia berambut putih tanpa semir Dunia ikut menghangatkan Bulan dan bintang lanjut menyinarkan Hingga tak mampu terpadamkan Nyanyian Indah membawa nada Memberi warna di lanjut usia Menyegarkan warna yang terhapus luka Sepasang lansia menjadi cerita