Jendela Santri Part 2 | Cerpen Santri



JENDELA SANTRI PART 2
-
Raihan datang menghadap Kang Faruq dengan muka dongol. Sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan, karena hanya Kang Faruq yang bakal menerima curahan hati siapapun, secara orangnya memang asyik diajak ngobrol meski hanya banyak diam menyimak
-
"Kang, lagi luang, sih?" tanyanya lugu. Lawan bicaranya mengerutkan muka
-
"Wo, ora cetha. Sampeyan nggak lihat aku lagi sibuk nelpon, kata seniornya
-
"Alah, dari pacarnya mesti. Matiin aja, Kang, hapenya," goda Raihan
-
"Gundulmu!" kata Kang Faruq ketus sambil tangannya menutup microfon hapenya. Juniornya malah terlihat tertawa tertahan, merasa bahwa tebakannya benar
-
Selang beberapa waktu Kang Faruq mematikan hapenya. Lalu hape itu disodorkannya ke muka Raihan. "Nyoh," katanya

Di layar itu tertulis nama kontak "Abah". Bukannya merasa berdosa anak itu cengengesan sambil menggaruk kepalanya
-
"Mana kopinya?"
-
Raihan yang disodori pertanyaan itu hanya memasang muka bodoh
-
"Sampeyan meh sambat, sih?" tanyanya lagi. Juniornya itu akhirnya mulai paham arah pembicaraan Kang Faruq. Dia hanya tersenyum serba salah sambil mengucap, "ngopinya libur dulu, Kang. Nanti nggak bisa tidur. Udah malem soalnya."
-
"Woo, cah koclok!" umpat Kang Faruq. "Jadi, juz trainingmu sudah sampai mana?" Yang ditanyakan adalah seberapa banyak hafalan "latihan" yang sudah dia kumpulkan
-
Raihan menjawab, "anu, Kang, sebenarnya aku nggak suka sama Badrun."
-
Kang Faruq hanya menepuk jidatnya. Lalu Raihan bercerita alasan mengapa dia tidak suka sama kawan seangkatannya
-
Di Masjid Karangsari pada sore hari tadi, Raihan yang asyik menambah hafalannya diganggu sama tuduhan pedas Badrun tiba-tiba. "Tahu nggak kalau paslon dua itu nggak pernah mandi!"
-
Raihan yang jagoan capresnya dilecehkan tidak terima. "Mulutmu nggak pernah sikat gigi, ya?"
-
Dengan enteng Badrun kembali menyerang, "Lha, benar, tho? Sekarang kita lihat bagaimana pas kemarin dia memimpin Indonesia kemarin. Gempa bumi dan bencana alam sering terjadi. Apa-apa mahal. Harga rokok juga ikut naik sampai-sampai kamu nyolong recehan buat beli sebatang Surya."
-
Dibilang begitu, Raihan mendadak merasa lidahnya sepo. "Nggak ada hubungannya, Drun."
-
"Heh, ada, Han. Kamu kudu tahu ini," kata Badrun. "Gara-gara dia nggak pernah mandi negeri kita jadi kacau. Ulama-ulama masuk penjara. Apalagi? Kita makin sering impor. Cangkul pun diimpor dari luar negeri. Utang negara melangit. Harga rupiah terjun bebas. Terus banyak proyek-proyek yang mangkrak gara-gara dikorup. Aku nggak habis pikir bisa-bisanya dia pede mencalonkan diri jadi presiden lagi. Wong cilik kayak kita belum cukup dibuat menderita sama dia."
-
"Oh gitu. Njuk dumeh paslonmu sering mandi dia jadi juru selamat? Ngereng!!" muntab Raihan. "Masih mending daripada paslon jagoanmu, Drun. Dia sunat apa belum aja nggak jelas."
-
Perdebatan yang berawal karena lelah menghafalpun menjadi perang Ragnarok yang bisa dicegah karena teman-temannya datang melerai mereka
-
"Terus bagaimana, Kang?" kata Raihan butuh pencerahan dari kang faruq
-
"Besok kalian kudu berpelukan habis setoran pagi," canda Kang Faruq yang punya wajah serius. Sebelum juniornya sungguhan menelan mentah-mentah kalimatnya, Kang Faruq menambahi, "Yang pasti lain kali sampeyan diam aja, nggak usah marah. Nggak guna meladeninya. Kan sekarang sampeyan merasakan sendiri, sampeyan merasa nggak enak, nggak bisa ngobrol nyaman sama Badrun."
-
Setelah diam sesaat membiarkan juniornya mencerna kalimatnya, Kang Faruq melanjutkan, "Perbedaan itu sudah biasa. Baik sejak jaman nabi sampai jamanmu sekarang. Sampeyan mesti pahamlah kisah-kisah orang alim jaman dulu tetap akur walaupun pendapatnya berbeda jauh. Nah kudunya kita mencontoh yang begitu, bukan malah gontok-gontokan. Pelangi gak enak dilihat kalau warnanya merah semua, apa malah putih semua. Paham, sih?"
-
Raihanpun mengangguk paham. Setelah itu dia kembali ke kamar blok dan meninggalkan balkon tempat dia curhat tadi tanpa salam sepatah apapun. Tanpa pamit
-
"Woo, dasar bocah" gumam kang Faruq..
-
--kalibeber, 8 mei 2019
Nanas

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Jika Perempuan Ber I'tikaf? | Muhafaz.com

Do'a pagi Nabi SAW - Muhafaz

Jendela Santri Part 3 | Cerpen Santri